Teryata pilihan usaha ini sangat tepat karena belum ada
pesaing, dan berkat kerja kerat dan ketekunannya, kerajinan ini berhasil dia
kuasai. Hasil produksi lilin ukir ini penjualannya laku keras dipasaran, karena
memang belum ada yang memproduksi kerajinan ini.
Untuk membuat lilin ukir, banyak proses yang harus dilalui.
Pertama soal bahan, dimana dia menggunakan paraffin wax. Di Indonesia, paraffin
wax jarang digunakan untuk bentuk-bentuk lilin. ”Lebih sering untuk batik.
Bahkan, untuk mie instan juga,” ujar pria 35 tahun tersebut.
Karakteristik paraffin wax yang lebih elastis dan tidak
gampang pecah menjadi ideal ketika bahan itu dipakai untuk kerajinan lilin
ukir. Proses pertama, paraffin wax dilelehkan, lalu dimasukkan dalam cetakan
berbentuk segi enam.
Setelah diberi warna, lilin kemudian diukir mengikuti pola
yang sudah dibuat. Terakhir, dilakukan finishing dengan memberikan olesan
lilin. Secara sederhananya seperti itu, meski dalam kenyataannya bukan hal
mudah membuat lilin ukir.
Motif lilin ukir yang diproduksi olehnya adalah floral
bergaya Eropa. Ukurannya pun pun cukup variatif, mulai dari 6 Cm hingga 30 Cm.
Dengan dibantu oleh satu orang temannya, Dedy mampu memproduksi 3000 lilin
dalam waktu sehari. “Maksimal produksi tidak bisa lebih dari itu, karena
kekurangan pengrajin,” ujarnya.
Dedy membuat yang terkecil setinggi 6 sentimeter hingga yang
terbesar 30 sentimeter. Untuk harganya, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 125 ribu.
mas untuk distributor saya hubungi ke mana ya.?? saya dari bali
BalasHapus